Rabu, 29 April 2009

SINDROM ATS

TV memperlihatkan lebih dari 60 karakter per jam dengan karakter kepribadian yang berbeda: polisi yang kasar, penjahat yang tak kenal takut, dan orang yang sedang bersenang-senang. Gambar in terekam dalam memori dan bersaing dengan gambaran orang tua dan guru.

Hasilnya tanpa disadari adalah serius. Pendidik kehilangan kemampuan mempengaruhi dunia mental anak muda. Sikap dan kata-kata mereka tidak mempunyai pengaruh emosional dan akibatnya tidak masuk ke dalam rekaman khusus yang berkemampuan memproduksi ribuan emosi serta pikiran yang akan merangsang perkembangan kecerdasan.pendidik sering kali perlu untuk mendapatkan sedikit perhatian.

Akibat terbesar dari rangsangan berlebihan dari TV adalam menimbulkan penyakit ATS (Accelerated Thought Syndrome-gejala pikiran yang terlalu cepat) pada generasi ini. Kita seharusnya tidak membuka kotak hitam kecerdasan yang membentuk pikiran, sayangnya kita telah melakukannya. Kecepatan berfikir tidak boleh meningkat secara kronis. Jika tidak, konsentrasi akan semakin menurun dan akan terjadi peningkatan kecemasan. Itulah tepatnya yang terjadi pada anak muda.

Kecemasan ATS menyebabkan dorongan untuk mencari rangsangan baru guna meredakan penyakit itu.walaupun intensitasnya tidak begitu besar, hal sama secara kejiwaan terjadi pada pecandu obat terlarang. Pecandu selalu menggunakna jenis obat baru untuk mencoba meredakan kecemasan yang terjadi akibat kecanduannya. Semakin mereka menggunakan obat, semakin tergantung mereka pada obat itu.

Penderita ATS juga memerlukan candu lewat rabgsangan baru. Mereka tidak bisa duduk dengan tenang di bangku; mereka berbicara sendiri; tidak bisa memusatkan perhatian; dan mengganggu teman sekelas. Perilaku-perilaku ini adalah cara untuk mengatasi kegelisahan yang diakibatkan oleh ATS.

Pendidikna telah gagal; kekerasan dan pengasingan sosial telah meningkatdan semua itu karena (secara tidak sadar) kita telah melakukan kejahatan terhadap otak anak dan remaja. Secara ilmiah, saya yakin kecepatan pikiran anak muda seabad yang lalu jauh lebih lambat dibandingkan anak muda saat ini.oleh karenanya, model pendidikna masa lalu (walaupun tidak ideal) berhasil baik. Kita perlu model pendidikan baru.

Di kelas,peneliti sering menanyakan kepada guru yang telah mempunyai pengalaman mengajar selama lebih dari sepuluh tahun mengenai apakah mereka mengamati bahwa murid zaman sekarang lebih tidak bisa diam dibandingkan zaman dulu. Jawaban yang didapatkan mengatakan persetujuan. Kita memerlukan guru yang tidak biasa, yang memahami stadion otak manusia. Dunia ini penuh dengan guru yang biasa.

Berfikir itu bagus, berfikir terlalu banyak itu buruk. Mereka yang berfikir terlalu banyak mencuri energi penting dari sellaput otak dan merasakan kelelahan berlebihan, walaupun mereka tidak melakukan olahraga fisik. Ini adalah salah satu gejala ATS. Gejala lain yaitu : tidak cukup tidur, mudah marah, cemas akan hal-hal yang belum terjadi, pelupa, kurang konsentrasi, tidak menyukai rutinitas, dan kadang gejala psikosomatis seperti sakit kepala, nyeri otot, denyut jantung yang cepat(tachycardia) gan penyakit lambung. Mengapa pelupa merupakan salah satu gejalanya? Karena otak lebih bijaksana dibandingkan kita dengan cara memblokir memori sehingga kita berfikir lebih sedikit dan membuang lebih sedikit energi.

Banyak ilmuwan tidak menyadari bahwa ATS adalah penyebab utama krisis pendidikan di dunia. Hal ini terjadi secara selektif, menyerang sebagian besar populasi orang dewasa dan orang muda. Orang dewasa yanh bertanggung jawab menunjukkan ATS yang lebih kuat dan karenanya,lebih stress. Mengapa? Karena mereka mempunyai pekerjaan intelektual yang lebih besar; mereka lebih sering berfikir dan lebih sering cemas.

Penyakit ATS diderita murid hampir membuat teori pendidikan dan psikologi masa lalu tidak bisa bekerja dengan baik, karena saat guru berbicara, murid menjadi gelisah, tidak bisa tenang, tidak fokus, dan di atas semuanya, pikirannya kemana-mana. Guru berada dalam kelas, sedangkan murid berada di dunia lain.

Minggu, 05 April 2009

PEMILU 2009 : GOLPUT BERARTI MENYERAH

Sejarah pasti terulang kembali. Sejarah bagaikan putaran roda yang sewaktu-waktu akan terulang kembali dengan objek fenomena yang berbeda. Saat ini di Indonesia sedang warna-warni kehidupannya. Ada yang sedang sibuk mencari pekerjaan, ada yang sedang bingung karena usahanya terkena imbas krisis global, ada yang sedang menyerukan penghijauan (Selamatkan Bumi) akibat global warming dan yang paling warna-warni karena akan diselenggarakan Pemilihan Umum (PEMILU) yang ke 10 pada tanggal 10 April 2009. PEMILU saat ini berbeda sekali dengan PEMILU masa Orde Baru.

Perbedaan PEMILU Orde Baru dan PEMILU Reformasi :

PEMILU Orde Baru :

1. Dilaksanakan hanya sekali untuk memilih partai, hanya ada 3 partai (PDI, Golkar dan PPP) dan pasti Golkar sebagai jawara PEMILU dengan mengusung presiden Soeharto pada SU MPR.

2. Tidak adanya pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta anggota Legislatif secara langsung

3. Semboyan PEMILU yaitu LUBER (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia)

PEMILU Reformasi :

1. Dilaksanakan dengan 2 hingga 3 tahapan (1 tahapan untuk memilih partai/anggota legislatif dan 2 tahapan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden) dengan jumlah partai mencapai 24 Parpol (PEMILU 2004) dan 34 Parpol (PEMILU 2009)

2. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta anggota Legislatif secara langsung oleh rakyat

3. Semboyan PEMILU yaitu LUBER dan JURDIL (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia serta Jujur dan Adil)

Kembali ke Fenomena PEMILU 2004, Partai Politik yang ikut meramaikan PEMILU ada sekitar 24 Parpol. Beberapa Parpol besar yang menguasai beberapa propinsi diantaranya Partai Golkar, PDIP, PKB, PKS, PAN,PPP, Demokrat. Dari partai-partai besar tersebut setelah pemilihan legislatif beramai-ramai mencalonkan Presiden dan Wakil Presiden, diantaranya :

1. H. Wiranto, SH – Ir. H. Salahuddin Wahid

2. Hj. Megawati Soekarnoputri – H. Hasyim Muzadi

3. Prof. DR. HM. Amien Rais – Dr. Ir. H. Siswono Yudo Husodo

4. H. Susilo Bambang Yuhdoyono – Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla

5. Dr. H. Hamzah Haz – H. Agum Gumelar, M.Sc

Pada putaran pertama pemilihan Presiden dan Wakil Presiden ada dua pasangan calon yang lolos diantaranya :

1. Hj. Megawati Soekarnoputri – H. Hasyim Muzadi, dengan perolehan suara 26,61%

2. H. Susilo Bambang Yudhoyono – Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, dengan perolehan suara 33,51%

Akhirnya pada putaran kedua Presiden dan Wakil Presiden terpilih H. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) – Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla (JK) dengan perolehan suara 60,62%.

Presiden dan Wakil Presiden terpilih akhirnya menjabat hingga akhir masa jabatan 2009 dengan hasil kinerja yang beragam dari penilaian banyak kalangan baik politisi, pengusaha maupun rakyat, bahkan isu terakhir menjelang PEMILU 2009 Presiden SBY dan Wakil Presiden JK sedang tidak singkron dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab negara.

PEMILU tahun 2009 mengalami banyak perubahan seperti tata cara men-CONTRENG (bukan coblos), Nama-nama calon Legislatif sesuai daerah pilihan (DAPIL), serta peraturan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden baik dari kalangan Parpol maupun calon independen. Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, masyarakat luas (terutama masyarakat awam) menganggap PEMILU hanya akan membuat banyak uang negara dan sebaiknya untuk membantu rakyat miskin (mengurangi jumlah rakyat miskin dan jumlah pengangguran). Bahkan saya sempat mendengar dari beberapa tetangga bahwa “ngapain repot-repot mikirin PEMILU toh nantinya pemerintahnya sama saja dengan yang sebelumnya alias tidak peduli dengan rakyat kecil, jadi lebih baik GOLPUT”. Apakah GOLPUT pilihan paling tepat saat ini??

Komisi pemilihan Umum (KPU) Pusat sejak awal merumuskan draft-draft PEMILU dimana semboyan LUBER dan JURDIL benar-benar terlaksana, salah satunya dengan memilih calon wakil rakyat (Anggota Legislatif) secara langsung bukan terserah partai dengan menggunakan sistem No. Urut. Pada dasarnya CALEG yang memiliki NO. Urut paling atas yaitu CALEG yang memiliki uang paling besar dan kekuasaan pada PARPOL tersebut yang paling tinggi. Saat ini kita dapat memilih CALEG sendiri walau berada pada No. Urut paling bawah.

Saran saya sebelum masyarakat memilih calon Wakil Rakyat (CALEG) sebaiknya pertimbangkan hal-hal di bawah ini :

1. Pilih CALEG yang tidak banyak janji yang terlalu berlebihan (hanya omong kosong)

2. Jangan Pilih CALEG yang baru kita kenal (Politisi karbitan), contohnya artis dan pegusaha maupun praktisi.

3. Jangan pilih CALEG yang sudah melakukan kesalahan pada masa sebelumnya (Wakil Rakyat yang ikut CALEG lagi) atau yang sedang terkena kasus hukum, misalnya korupsi

4. Pilih CALEG yang kita kenal dan kita paham akan kinerja mereka terutama di daerah kita tinggal.

5. Pilih CALEG yang memiliki hati Nurani tinggi, apalagi dari kalangan orang-orang yang mengerti ajaran agama

So silahkan sekarang anda pikirkan lebih baik GOLPUT atau pilih CALEG yang benar-benar berkompeten memperjuangkan nasib rakyat dan negara??Saya yakin dari sekian banyak CALEG masih banyak CALEG yang memiliki kriteria diatas. Pilih CALEG saja nasib rakyat dan negara belum jelas apalagi GOLPUT, so lebih baik Ikhtiar (berusaha) daripada Cuma Tawwakal (menyerahkan semua pada Yang Maha Kuasa). Mari kita rame-rame kibarkan bendera dan yel-yel anti GOLPUT. Mari kita sukseskan PEMILU 2009 dengan memilih Wakil Rakyat yang terbaik bagi Bangsa dan Negara. GOLPUT = MENYERAH.